Monday, May 10, 2010

Hidup adalah Crime Scene

Posted by erdian on Sep 19, 2006 for everyone

Setiap Minggu dan Selasa malam, kalo gak ada urusan yang terlalu penting, aku pasti menyempatkan diri untuk menyaksikan film serial tv, CSI (Crime Scene Investigation). Gampang ditebak, film ini mengisahkan seputar sepak terjang sekelompok personil Las Vegas Police Department (LVPD) dalam menungkap kasus-kasus kriminal. Bermodalkan ketelitian, kecermatan, menganut prinsip kehati-hatian dan off course, kecanggihan teknologi dalam mengolah bukti-bukti di Tempat Kejadian Perkara (TKP), tim ini berhasil mengungkap kasus yang mereka hadapi.

Serial yang dibintangi oleh William Petersen, Marg Helgenberger, Gary Dourdan, George Eads, Jorja Fox, Eric Szmanda, Robert David Hall dan Paul Guilfoyle, setiap minggunya menampilkan kasus-kasus yang berbeda. Semua kasus, tentunya, berkaitan dengan tindak kriminal kejahatan pembunuhan dan bagi mereka, tidak ada yang namanya 'a perfect crime'. Setiap kasus kejahatan pembunuhan pasti meninggalkan barang bukti atau evidence. Apakah itu cuma sehelai rambut, potongan kain, percikan darah, pecahan kaca atau apapun yang 'mencurigakan' di seputar TKP, pasti bermanfaat. Semua pasti mengarah ke petunjuk siapa pelaku atau suspect. Prinsip mereka, CSI: Where Evidence Never Lies.

Ada satu lagi serial yang (kurang lebih) sama. Criminal Minds. Serial baru. Gak terlalu baru juga sih, kurang lebih dah satu bulan ini main di Channel 7. Diputar tiap Senin malam. Aku jarang nonton, soalnya waktunya bersamaan pas baru pulang kuliah malam. Jadi, kadang pas nyampe rumah sudah capek. Gak sempat nonton. Tapi belakangan, aku sempatin terus. Karena ceritanya lumayan juga sih. Tema ceritanya sama, mengungkap kasus kejahatan pembunuhan. Berbeda dengan CSI, tim elit dari Behavioral Analist Unit FBI ini mengungkap kasus kejahatan dari pola kejahatan yang dilakukan si suspect. Mereka mengurai profiler si pelaku untuk menebak dan mengantisipasi tindak kejahatan berikutnya. Serial ini dibintangi oleh Mandy Patikin, Thomas Gibson, Lola Glaudini, Shemar Moore, AJ Cook dan Kirsten Vangsness.

Berbeda dengan CSI LVPD, tim elit FBI ini mengurai TKP bukan untuk mencari bukti kejahatan. Melainkan mencari pola dan mengungkap sisi emotional si pelaku yang tergambar dari TKP. Unik memang pendekatan yang dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Thomas Gibson yang berperan sebagai Special Agent Aaron Hotchner. Bagi mereka, kejahatan merupakan ekspresi emosional atau kejiwaan yang dialami oleh si pelaku.

Buat saya pribadi, kedua serial ini memberikan "sesuatu". "Sesuatu" yang mengajarkan kekuatan-kekuatan logika yang dirunut secara sistematis. Logika positivis katanya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan empirik, yang bisa diukur, dirasa bahkan dimanipulasi. Itu semua nyata. Tidak ada logika yang aneh dan dibuat-buat dan terbantahkan dari kedua serial itu. Ya, paling karena ini film dan menyangkut unsur-unsur komersil, semua kasus dapat dituntaskan dalam hitungan hari saja dalam durasi film yang sekitar 55 menit. Dan dipoles dengan "unsur-unsur ketidaksengajaan" menemukan titik terang mengungkap kasus ketika semua bukti dan anggota tim mengalami kebuntuan. Itu saja menurut saya. Biasalah khasnya film-film Amrik sana. Overall, isi ceritanya, logis.

Kita hidup di dunia yang sangat logis. Dunia dimana kekuatan logika menjadi Tuhan baru. Logika dengan daya magis yang bisa mengungkap rahasia-rahasia yang dulu dianggap tidak logis. Logika pulalah yang dijadikan identitas baru. Identitas yang diyakini sebagai tanda pengenal bahwa kita sudah menjadi bagian dari komunitas terhormat. Komunitas masyarakat modern. 

Memang, berpikir logis dan sistematis nampaknya sudah kartu mati dalam pergaulan masyarakat modern. Kalau anda tidak logis, berarti anda bukanlah bagian masyarakat modern. Kuno, kolot, gak modern, ketinggalan jaman. Gak ada itu yang namanya takhyul, supernatural, karomah atau hal-hal ghoib bin ajaib. Kita hidup di dunia riil, nyata.

Hidup kita ibarat crime scene. Diolah, dipilah, dicari, disusun dan diuraikan, bukan untuk menemukan tujuan hidup, tapi untuk meraihnya. Apapun yang terjadi dan dialami, adalah petunjuk untuk mencapai tujuan yang ingin diraih. Jadi pertanyaannya, apa tujuan hidup kita? Tentunya, ibarat film CSI dan Criminal Minds tadi, dari awal cerita kita sudah disuguhi kemana cerita akan mengalir. So, buat anda dan juga saya tentunya, kalau hingga pertengahan cerita hidup kita, kita belum tahu apa tujuan hidup..

Hanya Anda dan "mungkin juga Tuhan" yang tahu..   

Sydney 19 September 2006 (tengah malam)

Erdian Dharmaputra

No comments: