Monday, July 12, 2010

(Bukan) Gara-gara Nila Setitik...

Setiap hari saya selalu sempatkan untuk membuka sebuah situs berita online. Sekedar update berita atau informasi ringan lainnya. Senin lalu (12/7) saya tertuju pada satu artikel tentang banyaknya kesalahan atau lazimnya dikenal dengan bloopers dari banyak film-film ternama Hollywood. Dan daftar itu memuat cukup banyak bloopers yang mungkin hampir seluruh film pernah mengalaminya. Daftar itu menempatkan film "Iron Man 2" sebagai film yang paling banyak melakukan bloopers, dan cukup banyak film-film box office lainnya yang juga didapati melakukan hal yang sama. Sebut saja, 'Shutter Island' yang dibintangi Leonardo Di Caprio, 'The A Team (Liam Neeson), dan 'Alice in Wonderland' (Johnny Depp).

Sebagai penikmat film, tentu saja saya sangat mahfum dengan hal ini. Cukup banyak film yang saya tonton sering kali melakukan hal-hal seperti itu. Kita mungkin bertanya-tanya, seorang sutradara/produser film sekaliber Steven Spielberg apakah mungkin melakukan bloopers seperti itu? Dan ternyata, jawabannya iya. Dalam 'Jurassic Park' dan 'Indiana Jones', bloopers dijumpai dan ternyata tidak mengganggu jalannya film atau malah menjadi salah satu film yang cukup berhasil dari sisi komersial.
Kenapa bloopers kerap terjadi? Bukankah dalam proses pembuatan film sebelum dirilis akan melalui sebuah proses editing atau apapun namanya (karena saya bukan orang berkecimpung di dunia perfilman)? Lalu, kenapa hal ini terjadi?

Bagi orang awam, termasuk saya, tentu sangat mudah menilai bahwa toh kesalahan itu bukanlah segala-galanya.. Yang penting adalah kesalahan itu tidak mengganggu kenyamanan saya menikmati film. Yang penting kesalahan itu tidak mengurangi kualitas film baik akting pemain, jalan cerita dan overall, film itu memenuhi ekspektasi saya. Toh, tidak semua orang pada saat menonton film itu langsung menyadari kekeliruan (bloopers) itu terjadi. Kebanyakan bloopers baru muncul setelah film itu dirilis, dan pada saat itu, walapun banyak terjadi bloopers, tidak mengurangi kepuasan orang-orang yang sudah menontonnya atau malah tetap akan menontonnya kembali di lain kesempatan.

Hal ini cukup menarik buat saya, terutama bila “bloopers” itu terjadi di dunia nyata. Hal yang terjadi adalah sebaliknya. Kerap kali, seseorang yang menurut publik cukup mumpuni dan memiliki kemampuan lebih serta sangat disanjung, akibat “bloopers”, ia mendapatkan sebaliknya. Tidak lagi dihormati, dicerca atau bahkan dikecam habis-habisan. Apa yang ia sudah lakukan dan hasil kerjanya yang sudah banyak dipuji orang, tidak lagi membekas. Hilang. Yang ada hanya kecaman dan hujatan serta kesalahan atau bloopers tadi yang akan terus diingat oleh orang banyak dan kemudian kita enggan untuk mengakui kelebihan yang sudah pernah ia lakukan. Apakah memang sudah begini hukum alamnya?

Entahlah, cuma yang pasti (bukan) gara-gara nila setitik….
Jakarta, 12 Juli 2010

No comments: